be curious with...

 



Aa Uwi wrote:

aku bukan lah seorg aktifis AIDS, aku hanya seorang PLU yg mempunyai seorg sepupu yg meninggal karena AIDS bulan lalu. sebelumnya mama ku pernah mengatakan kalo sepupuku richard berobat ke singapore karena infeksi lambung. tapi saat aku mengantarkan mama ku menjenguknya di RS, yg kulihat phisically ciri tubuhnya yug sudah mulai lemah bukan karena infeksi lambung, tapi gejala AIDS......

mama membantah ku, mengatakan agar aku tidak sembarangan ngomong. ternyata ortunya Richard baru tau richard sekarat karena penyakit yg mematikan itu baru 5 bln yg lalu setelah dokter memberikan keterangan pada ortunya. tapi RICHARD meminta agar jgn diberitahukan kepada siapapun.

25 desember 06,
richard, seusai pulang dari kebaktian di gereja pada malam natal. aku melihat banyak sahabat2 nya sudah berkumpul di halaman kebun belakang rumahnya. ada apa dengan richard? oh... lega, ternyata mereka membuat acara pertukaran kado yg biasanya tidak pernah dirayakan richard dengan sebegitu meriah. dari mata richard, ku dapati senyumnya yg dipaksakan, dibalik menahan rasa sakit yg menerjang seluruh urat sarafnya.
26 desember 06, pukul 03.00 dini hari
waktu itu, aku dipanggil keluar oleh salah seorg teman richard utk menggeser mobil yg kuparkir menutupi jalan keluar ditepi gerbang. dan waktu aku kembali ke kebun belakang, ternyata udah sepi, lalu aku masuk kedalam rumah, kudapati richard sudah terbaring di sofa ruang tamu, dan teman2nya berdiri mengelilingi ric dengan muka penuh kecemasan. aku mendekati richard, sambil mengusap keningnya,

richard hanya tersenyum, tampak dengan wajah ke ikhlasannya menunggu ajal menjemputnya.
dia lemah, tak berbicara, hanya ekspresi penuh senyum melihat sahabat2 disekelilingnya. richard memberi ku pesan tertulis, 2 lbr kertas yg terselip disebuah buku agenda kecil. Ric memberi isyarat dengan bahasa tubuh agar aku membacanya.

24 MENIT SEBELUM RICHARD MENGHEMBUSKAN NAFAS TERAKHIRNYA.... (DI SALIN DARI PESAN TERTULIS RICHARD) :

Genegleas - singapore, 18 april 06

hari ini, bukan hari kematian ku.
hari ini, selagi ku mampu,
ku tulis pesan2 ku agar dikemudian hari nanti,
disaat aku sudah tak mampu lagi berbicara n nafas ku lemah,
pesan ini dapat mengiringi ku dengan tenang sebelum aku menghembuskan nafas terakhir ku.

papa, mama dan seluruh keluarga, sahabat dan teman2 yg ku cintai.
Ric minta maaf karena selama ini sudah menutupi kalo Ric
mengidap HIV + sejak 6 tahun yg lalu.
Ric baru tahu setelah 2,5 tahun atas saran instruktur
aerobic ric utk melakukkankan test HIV di perak - malaysia.
Ric tidak mampu menerima kenyataan ini,
karena harus hidup dalam kebohongan dan segala kekurangan fisik yg tak mungkin lagi ditutupi.
namun ric tetap bertahan utk tidak mengecewakan mama dan papa.

Dulu Ric punya prestasi bagus, Ric mempunyai segudang prestasi
olah raga di campus, Ric sudah membuat mama dan papa bangga saat
itu, mama pernah mengatakan sangat bangga melihat wajah ku sering
muncul di majalah2 di luar negeri sebagai model cover.
tapi kini, kebanggaan itu sesungguhnya adalah milik Eric,
Eric lah yg harus berbangga, bangga memiliki mama dan papa bisa menerima eric ketika mengetahui kalo eric seorg gay. thn lalu ric kembali ke rumah, membawa sejuta kesedihan setelah teman2 Ric di Malaysia mengucilkan Ric karena HIV yg bersarang di tubuh Ric dan sampai kondisi ku yg sebenarnya tak bisa kututupi lagi. Mama dan papa tetap berusaha memberiku semangat utk bertahan hidup meski aku tau bagaimana sedihnya mama juga papa mengetahui Richard tinggal menunggu ajal.

Sebelum Ric pergi, izinkan Ric memberikan pesan terakhir...
jgn pernah tidak mengindahkan resiko mematikan ini karena kenikmatan sesaat. aku sakit bukan karena penyakit, tapi yg paling menyakitkan adalah melihat papa dan mama menangis karena kondisi ku yg lemah, sakit karena selama menekuni profesiku di malaysia, semua teman2, sahabat2 ku serentak menjauhi ku. tapi inilah jalan hidup ku, aku harus pergi tanpa di beri kesempatan utk memilih,

aku juga minta kepada teman2 ku yg pernah berhubungan dekat dengan Richard, segeralah periksakan diri. Ric bukan bermaksud jahat, Ric baru 2 thn yg lalu tau kalo ric telah mengidap HIV sejak 4 thn sebelumnya. tapi sungguh Ric tidak tau, karena saat itu belum ada gejala pada
tubuh Eric sampai 2,5 thn yg lalu ric melakukkan test.

dan Eric sangat berharap dengan nafas terakhir eric memohon, agar teman2 jgn pernah menjauhi dan mengucilkan org2 seperti Eric. kadang tubuh kami sakit dan masa hidup kami menjadi lebih singkat, bukan karena penyakit mematikan ini, tapi karena kami harus menahan sakit karena orang2 yg kami sayangi, menjauh dan tidak pernah mau mengerti kesunyian hati kami. orang mencibir, mengucilkan Eric dan bahkan mengucilkan keluarga Eric.

( belum habis aku membacakan isi pesan Eric di hadapan orang2 yang berkumpul di ruangan itu, tiba2 mama eric menangis dan memeluk Richard yg telah menghembuskan nafasnya)

ya, Juan Richard Salim, telah pergi...........


########

teman - teman undercover,
aku melihat dan merasakan detik2 yg menyayat hati malam natal dini hari itu. aku sungguh kaget, hubungan ku dengan Richard sebenarnya tidak terlalu dekat, kami dekat waktu masa kami remaja, dulu setiap minggu kami sering bertemu di rumah nenek, kami sering pergi mancing di sungai, setelah itu kami mandi bareng berbugil ria, tapi aku sekarang baru sadar mengapa masa itu Eric sangat suka memperhatikan mas Eko ( supir pribadi )yg juga suka mandi bugil bareng kami di tepi sungai sebelum mengantar kami kembali ke rumah nenek. hm... richard, aku sungguh kaget karena Richard sendiri jg adalah seorang PLU, aku masih ingat waktu thn 2001 aku mengunjungi Richard di Kuala Lumpur, seusai kami Gym di apartmentnya,
habis mandi dan aku bugil keluar dari toilet, dia menarik tangan ku dan massage seluruh tubuh aku, karena dia mengaku sedang mempelajari massage di tempat yoga. aku nurut saja, tapi tentu aku menjaga agar jgn sampe ketahuan siapa aku sebenarnya.

sejak dia menamatkan bangsu SLTP, kami sudah jarang bertemu. namun aku sangat berterima kasih kepadanya, semasa dia menekuni karier catwalk dan modelling di Malaysia, dialah yg menjaga ke dua adik ku yg kebetulan juga skul di sana.

aku jadi bertanya-tanya, mungkin aku juga sudah mengidap HIV, hanya saja aku belum tau karena gejala nya baru akan muncul setelah menjadi AIDS. tapi syukurlah dan Thanks Richard,
sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, dgn segenap kekuatan yg masih tersisa, dia masih berusaha menyadarkan org2 seperti kami yg tidak tau diri. aku sangat gugup waktu minggu lalu aku mengambil hasil test ku yg ternyata hasilnya HIV negatif. thank GOD! jika aku terus melakukkan petualanganku, mungkin suatu ketika aku akan bernasib sama dengan Richard. setelah Richard pergi, teman2 Richard banyak yg melakukkan test HIV, karena sedikit ku dengar beberapa teman yg datang pada malam natal itu. adalah teman sesama PLU yg pernah melakukkan hubungan intim dengan Richard sebelum Richard menyadari dirinya telah mengidap HIV +.

teman2 undercover,
story nyata di atas tadi, adalah sebuah hikmah penting yg kusaksikan dgn mata kepala ku sendiri.
dan selama ini, apakah teman2 pernah bertanya pada diri sendiri :

  1. apakah tidak mungkin kalo tanpa di sadari, saat ini pun sebenarnya didalam tubuh kita sudah mengidap HIV + ?
  2. apakah selama ini bukan tidak mungkin kita sudah mengidap HIV + dan tanpa disengaja telah menyebarkan HIV ke pasangan intim kita?
  3. apakah kita pernah mengucilkan dan menjauhi mereka penderita HIV + seperti mayat hidup di tengah masyarakat yg harus melewati hari
penuh dengan kepedihan dan kesakitan?

aku berharap dengan email ku yg panjang ini dapat menggugah perasaan dan kesadaran teman2 semua, bahwa cinta adalah hubungan yg universal, tumbuhkan rasa cinta itu selagi kita mampu dan bisa, dengan menyadari bahaya HIV dan memberikan cinta dalam kondisi apapun kepada penderita HIV + / AIDS. sebab penderitaan akibat AIDS bukan hanya dirasakan si penderita,
tapi juga keluarga dan saudaranya. maka berikan mereka ruang dan waktu yg lebih panjang untuk menikmati secerca harapan didalam penantian ajalnya.

Taufik Hidayat wrote:

Hmm,
Kita semua adalah aktifis AIDS, Sekalimat kata yang kita ucapkan pada teman kita: "Sebaiknya hindari ML sebelum menikah", atau "Setia lah pada satu pangan tetapmu", atau "Jangan lupa pakai kondom dan pelicin berbahan dasar air ya" adalah cukup untuk mengangkat diri anda menjadi seorang aktifis. Apalagi jika anda menangis sedih jika anda sampai tidak bisa menyelamatkan orang yang suspect (spt flu burung) pengidap AIDS..

Dan seorang aktifis sejati adalah sukarelawan yang bersedia bekerja demi kemanusiaan dari pencegahan tertular HIV sampai penanganan jenazah pengidap AIDS (jika tidak ada yang mau menanganinya). :) Saya percaya, banyak dari kita.. jangankan mbungkusi mayat pakai kain kafan, melihat bentuk mayat yang terbungkus kafan aja gak berani ya. Its okay2 ajah -itu sangat manusiawi. Takut liat orang mati, tapi kita sendiri sering gak ingat kalo kita akan berbentuk seperti itu kelak kalo mati.

Saya ikut prihatin! Tapi, yang jadi pertanyaan saya: Apa yang Richard lakukan sejak 2,5 tahun lalu, sejak dia pertama kali tau kalo udah positif HIV? 2,5 taun adalah waktu yang cukup lama untuk melakukan konsultasi dan terapi2 pengobatan HIV.

Saya sedih, satu lagi PLU yang meninggal muda gara2 tidak ada keterbukaan tentang penyakitnya... Padahal seandainya dia terbuka tentang penyakitnya.. dengan segenap usaha dan optimisme kemungkinan besar sekarang si Richard masih hidup dan tetap berbugil ria (¿?) :)

Hidup mati di tangan Tuhan, tapi manusia harus berusaha untuk tetap survive. Untuk teman-teman yang lain: Jangan putus asa, harapan besar untuk sembuh dan bisa beraktifitas seperti biasa terbuka lebar jika kita mau terbuka dan merenung bahwa jika kita masih diberi umur panjang, maka kita bisa melakukan hal yang terbaik yang bisa kita lakukan untuk semua orang.

Banyak macam terapi untuk pengidap, dari yang sangat medik sampai pake ramu2an dan jamu2an tradisonal. Dari terapi psikologi sampai terapi "tetap tersenyum walau ajal sudah menjemput'. Semua saling menunjang, dan saya melihat sendiri banyak yang bisa berumur panjang bertahun2 dan belasan taun karena rajin terapi dan disiplin.

Masalahnya adalah, maukah anda terbuka dengan orang yang tepat dan bersedia berjalan bersama dengan teman2 yang peduli dengan anda? Teman yang tepat adalah pelita anda dalam kegelapan, dimana anda meraba2 dalam ketidak pastian. Temukan itu, dan jangan patah semangat!!! Jangan mau mati muda padahal anda bisa menghindarinya!!

(ih gw kok jadi galak) merdeka!

To Rudyanto: saya ikut berduka atas kehilangan teman anda.

4 comments:

Anonymous said...

Turut berduka cita....

Richard tidak akan mati karena sia-sia, dia sudah meninggalkan pelajaran bagi kita,masih sempat menulis pesan untuk kita semua, untuk banyak orang.

Maaf bicara, kurasa HIV adalah bahasa Tuhan agar kita lebih menghargai anugerah sex yang diberikannya pada kita. Tidak ada obat HIV (sejauh ini), yang ada obat untuk memperpanjang kemungkinan bertahan hidup. Maka setialah pada pasangan kita. Atau jika melakukan hubungan sex seyogyanya dengan orang yang kita cintai dan kita tahu betul siapa dia adanya. Janganlah sex digunakan sebagai sekadar have fun. Bagaimanapun, itu berkah dari Tuhan.

Sepuluh tahun yang lalu (mungkin lebih) saya membaca artikel khasiat buah merah dari Papua. "Menggempur HIV," katanya. Tapi, korban HIV terus berjatuhan, makin banyak tiap tahun. Begitu pula soal kondom, bahwa virus penyebab HIV/AIDIS lebih 'mikro' ukurannya daripada sperma. (Maaf bicara), aktifis HIV/AIDIS membagikan kondom, tapi kondom tak kan melindungi tertular penyakit kelamin. Kuman penyebab PMS itu lebih 'mikro' daripada sperma. Bisa saja menembus pori-pori kondom apalagi banyak kasus kondom sobek. Ada data dari ensiklopedi (seingatku WIKIPEDIA), 60%. Kalaupun data itu benar, lalu 40% lagi?!Ini sama saja halnya bermain-main denga nyala api lilin, meski kecil dia bisa membakar kita. Mensosialisasikan kondom jelas sesuatu yang salah untuk menekan penyebaran HIV. Tanpa kita sadari, ketidaktahuan soal kondom, kita sudah menjadi korban industri farmasi. Pabrik-pabrik kondom cuma menjual se sen untuk negara (kontrasepsi KB, padahal ini juga keliru), dan menjual lebih dari dua kali lipat melalui pasar, mall, apotek, dll. Di mana pada akhirnya, ketika kondom digunakan untuk praktik freesex, pelaku tertular penyakit kelamin, pelaku akan datang ke industri farmasi (apotek, dll) untuk membeli obat. Nah! Tanpa kita sadari, kita sudah diperlakukan sebagai binatang.

Saya tak bermaksud menggurui. Tapi fakta udah bicara, korban makin banyak. Tidak perlu moral untuk sekadar untuk sekadar menghargai kehidupan. Hidup cuma sekali. Setelah itu kita tak tahu ke mana, sebab orang yang mati tidak pernah hidup lagi untuk memberitahu kita kehidupannya sesudah mati. Hidup cuma sekali, maka sebaiknya kita pergunakan sebaik-baiknya dengan menyayangi..mengasihi, bukan hanya have fun semata. Justru, dengan menyagsihi dan menyayangi hidup kita akan menjadi damai. Ingatlah! Bahwa hidup bukan perkara sex saja, bukan urusan selangkangan semata. Banyak hal yang harus kita lakukan, berbuat kebaikan, tidak harus mengubah dunia, setidaknya untuk keluarga kita...tempat di mana kita berasal apapun adanya.


Analisis soal kondom bukan sesuatu yang saya buat-buat. Lebih jelas baca buku "Why condoms aren't safe" Penerbit Andi. Bukunya kecil dan tipis banget, namun aku merasa tercerahkan stelah membacanya.

Terakhir, apa yang saya tulis bukan tujuan menggurui, mengingatkan saja. Sebagai refleksi yang saya terima ketika usai membaca pesan kematian Richard.

Thx U so much, Richard. I luv U. Rest in peace, Richard....



salam,

mari sini said...

aku nggk bisa ngebayangin seandainya aku kena, tapi moga2 jangan .
Aku mau nanya gimana kalau aid itu terkena pada orang gay yang nggak mampu dalam keuangan,bisakan akan survive seperti orang2 kaya (habis yang kita tahu dan terbua, kebanyakan yang kena AIDS selalu orang kaya), gimana cara mendapatkan pengobatan dan semacamnya ya.... kasihan dong kalau nggk mampu merwat, dikucilkan lagi.... ada yang tahu infonya

Fei said...

speachless

Arema said...

wow, powerful post. sering saat kita masi muda dan punya segalanya, kita mengabaikan ortu dan lebih milih jalan kita sendiri bersama temen2 yang kita pikir menyenangkan, selalu mendukung, dll. tp sebenarnya keluarga dan orang tua lah yg selalu mndukung dalam keadaan apapun... thanks for this post, i'm resetting my priorities now, parents no. 1, family no. 2, friends no.... 10

) ) ;;) ( :X =(( :-/ :-* :| 8-} ] ~x( b-( x( =))

Post a Comment

Blog Widget by LinkWithin
10% Off All Fragrances
Get 10% off every item you purchase at FragranceX.com!