dias hendrawan wrote:
Gw tadinya males ikut campur masalah ini. Tapi gw tersentuh utk berbagi pengalaman agar kita aware utk masalah ini.
Jujur, gw bertahun tahun menjalani kehidupan PLU gw tanpa pasangan tetap. Pengalaman berpacaran gw yg pahit udah membuat gw menolak terikat. Dan selama beberapa tahun gw kosong inilah sampai sekarang gw tidur dengan banyak lelaki, baik mereka yg memang jomblo, ataupun mereka yg udah punya pacar or istri (jadi gw tidur dgn suami orang hehehe). Most of all, partner sex gw adalah bottom player. Tapi gw juga gak tertutup untuk play sex dengan sesama top. Tentunya dengan berbagai manipulasi permainan yg memuaskan kita berdua. Karena selain sakit, persoalan harga diri sering membuat gw sulit sekali jadi bott. (pls utk
statement yg ini jangan di ributin).
Selama gw make sex, gw sebisa mungkin utk play safe. Dompet gw hampir selalu terisi kondom. Kalo gw keabisan dan gw males beli, biasanya gw minta ke temen gw yg punya persediaan lebih. Kenapa? Ya untuk berjaga jaga man. Kita gak tau kapan dorongan itu datang, dan kapan godaan itu hadir di depan mata kita :)
The problem is, sering bgt gw ktemu mereka yg gak peduli masalah satu ini. Seringkali gw sebagai orang yg berinisiatif utk pake kondom. Kalo kbetulan dompet gw gak ada kondom, gw sering minta ke mereka. Tapi mereka sendiri banyak yg gak pengen gw pake kondom. Ato cuek maen minta dimasukkin aja. Ketika gw tanya kondom, barulah mereka jawab ada. Dan yg bikin ngeri, ada juga dengan alasan panaslah, or gak enaklah, mereka menolak pake kondom. Duuuhhhh....
Pren... please use condom. Kalo partner lo gak meminta/ngomong, at least kita deh yg inisiatif. Hanya utk kenikmatan 3 detik (baca:orgasme) tanpa condom, kita telah mempertaruhkan hidup dan masa depan kita. Saat kita make sex itu, batas antara hidup dan mati hanya setipis celana dalem. Karena sekali kita tertular HIV maka kita sudah teken kontrak dengan kematian. Artinya, lambang bajak laut (tengkorak) sudah ada tertera di jidat kita. Saat kita or dia orgasme, kita gak pernah tau kalo spermanya ada HIV or gak. Dan itulah yg gw bilang, kita bertaruh dengan maut.
Dengan penuh penyesalan, gw akui, gw sendiri beberapa kali tergoda gak pake kondom. Karena gw horny bgt dan kebetulan gak ada kondom. Karena partner gw yg cute abiesss dan minta gak pake kondom. Karenaaa..... gw bodoh. Ditaklukkan oleh kenikmatan 3 detik.
Gw sempet deg2an sewaktu paman gw nelpon utk ke PMI donor darah. Ada sodara yg darurat kena demam berdarah dan butuh darah. Gw belum siap utk cek darah. dan gw belum siap seandainya PMI memberitahu gw kalo darah gw gak lolos karena kena virus HIV. Tapi syukurlah Tuhan, gak ada kabar apapun dari PMI.
Please man, kalo loe mau tau loe bersih dari HIV ato gak, coba deh. Berani gak loe periksa sekarang darah loe. Berani??? Buat loe2 semua yg sering cuek gak pake kondom, saat ini gw tantang, berani gak loe utk cek darah dan periksa adakah HIV dalam tubuh lo. Beranikah loe semua utk seandainya menerima vonis kalo lo positif.
Gw pernah di posisi itu, dimana gw begitu bingung. Menolak utk donor darah, gw bisa2 di cap sombong dan jahat oleh keluarga gw or sodara gw. Tapi kalo donor, gw harus siap mendapat pemberitahuan dari PMI bahwa darah gw terkena HIV. Dengan ketakutan yg maksimum akhirnya gw dateng ke PMI utk donor darah buat sodara gw. Dan ya itu td, sampe sebulan gw cemas nunggu kalo2 ada telpon dari PMI. Akhirnya, moment menegangkan itu pun lewat. Gw berasumsi bahwa darah gw bersih. Apa iya PMI diem aja kalo dapet darah terinveksi HIV? Karena kata temen gw sih, biasanya kalo darah kita ada sesuatu biasanya mereka akan call/beritahu kita.
Sekian aja sharing dari gw. Sekali lagi, nikmatilah hidup, tp buatlah kehidupan dengan kenikmatannya itu lebih panjang dan bukan berumur singkat dan berakhir dengan penderitaan.
Meski terlambat, gw ucapin Selamat Hari Aids. Dan selamat merenungi arti kenikmatan dari kehidupan ini dengan penuh kesadaran akan berharganya hari esok.
Semoga tulisan gw, berharga buat rekan2 di milis ini.
mataairbulan wrote:
Setuju banget buat DIAS ... sex is nice but its much more nicer to live healthy.
Oscar Wilde wrote:
Rekan Dias,
Saya setuju sepenuhnya dengan imbauan Anda untuk memakai kondom agar tidak tertular HIV.
Cuma ada satu fakta yang ingin saya luruskan:
"Saat kita make sex itu, batas antara hidup dan mati hanya setipis celana
dalem. Karena sekali kita tertular HIV maka kita sudah teken kontrak dengan
kematian. Artinya, lambang bajak laut (tengkorak) sudah ada tertera di jidat
kita."
Pernyataan ini benar beberapa tahun lalu. Tapi sekarang, setelah ada obat-obat anti-retroviral (ARV), AIDS tidak bisa lagi disebut sebagai "penyakit yang mematikan". AIDS sekarang sudah menjadi "penyakit khronis yang bisa dikelola dengan obat-obatan yang dimakan seumur hidup," dan orang dengan AIDS bisa hidup normal untuk waktu yang tak terbatas, seperti orang-orang yang tidak punya AIDS. Persis sama dengan diabetes, atau tekanan darah tinggi; kedua penyakit itu adalah penyakit khronis yang tidak bisa disembuhkan, tetapi bukan penyakit yang mematikan, karena bisa dikelola dengan obat-obatan yang dimakan seumur hidup.
Di sini pesan saya sebenarnya sederhana saja:
(1) Kepada masyarakat luas, jangan mengucilkan ODHA -- mereka ada di
tengah-tengah kita, mereka bahkan mungkin sekali sanak keluarga kita sendiri;
sebelum timbul gejala, seorang ODHA tidak bisa diketahui dari penampilan
lahiriahnya saja.
(2) Kepada rekan-rekan yang berisiko tinggi, lakukan tes HIV dengan konseling
yang memadai -- makin dini infeksi HIV diketahui, semakin besar kemungkinan
untuk survive dan hidup normal.
(3) Kepada rekan-rekan yang HIV+, lakukan konseling dan pemeriksaan kesehatan
teratur -- dokterlah yang bisa menentukan kapan harus mulai makan obat
anti-retroviral seumur hidup, agar bisa hidup normal seperti orang-orang lain.
Salam,
Oscar
0 comments:
Post a Comment