Roy Mahendra wrote:
Dear all,
Gue sepakat kalo ada yg bilang jangan2 terburu-buru.
Segala sesuatu ada waktunya.
Dulu juga akau ngalami hal yg sama
sampe stress berat dan pengen bunuh diri segala.
Jadi langganan psikiater bahkan gonta ganti psikiater
Para psikiater pun beda-2 pendapat.
Ada yg bilang terima dirimu apa adanya.
Ada yg bilang harus kamu berubah karena menurut mereka, ini bukan genitas sebab secara fisik, saya benar2 laki- bahkan seluruh tubuh dipenuhi bulu ( Teman-2 yg suka becanda bilang "masih belum jauh dari saudara tua" hehehehehe
Usia merambat 30 thn, semua bertanya kapan aku married.
Untungnya aku anak lelaki tertua dan bokap sudah duluan dipanggil Tuhan.
Semua bisa ngerti kalo aku harus support adik-2 selesaikan kuliah dulu.
Waktu aku 34 tahun adik-2 dah kelar kuliah. Pertanyaan yg sama muncul kembali.
Jangan ditanya perihnya hati ini. Bagaimana mungkin menikah, aku tidak tertarik sedikit pun pada wanita. Meski bintang film telanjang didepanku, aku sama sekali tidak tergugah. Tapi jangan ditanya kalau itu pria muda, tinggi, langsing, putih, apalagi handsome. Ini jantung berdebar-2 seperti mau copot rasanya.
Ketika usia terus merambat, tidak ada yg tanya-2 lagi dikeluarga. Beruntung aku yg tertua laki-2 sehingga mungkin pada sungkan nanya apalagi pas aku usia 36, nyokap juga dipanggil Tuhan. Sepertinya semua bakal memaklumi bahwa saya tidak akan menikah lagi karena sudah kelamaan ngejomblo.
Kemudian keajaiban itu datang, ketika usiaku 37 tahun lebih, aku begitu ingin menikah. Padahal keluarga tidak ada lagi yg nanya tentang hal tsb. Bukan pula karena paksaan lingkungan karena beberapa teman baikku baik ce maupun co straight ada yg belum married diatas usia 40 thn. Akhirnya aku bertemu ponakan jauhku, aku benar-2 dibuatnya jatuh cinta. Dia 17 tahun lebih muda dariku. Meski tidak muda lagi, aku benar-2 jatuh cinta seperti ABG dan hari-2ku dipenuhi keindahan, aku menjadi lebih bergairah dalam hidup ini. Hanya saja, aku bingung bagaimana menyampaikannya ke keluarga besarku, karena dia masih terhitung keponakanku meski keponakan jauh
Sampai suatu ketika aku harus pulang kampung untuk selamatan setahun wafatnya ibuku. Aku bertemu dengan sepupu jauhku ( Meski masih sepupu, secara adat kami memang diperbolehkan menikah ). Kemudian saya memutuskan baik-2 hubungan dengan keponakanku. Untungnya dia juga bisa mengerti karena dia bingung juga gimana memberi tahu ortunya. Akhirnya setelah pacaran jarak jauh selama 10 bulan dengan sepupuku itu, kami pun resmi menikah. Ketika menikah usiaku jalan 39 dan isteriku jalan 24 thn.
Aku sangat bersyukur pada Tuhan, karena aku yg dulunya tidak pernah berpikir untuk menikah, bisa melalui malam pertama dengan mulus. Dia masih perawan, sementara aku sudah berkali-2 jatuh kedalam pelukan maupun memeluk lelaki lain sebelumnya. Kini kami telah mempunyai sepasang putera puteri. Harus kuakui karena perbedaan usia yg 15 tahun, seringkali ada gap pemikiran diantara kami. Aku anggap saja itu sebagai resiko menikah dengan seorang gadis yg jauh lebih muda.
Jadi buat rekan-2 undy yg masih gamang, hidup ngalir saja, flow like water. Kita tidak pernah tahu apa yg terjadi di depan. Jangan terlalu kuatir dalam hidup ini, segala sesuatu adanya waktunya dan segala sesuatu "happened for a reason".
Aku memang tidak patut dijadikan teladan karena sampai dengan detik ini masih saja menyukai lelaki lain. Tapi paling tidak aku tidak perlu lagi ke psikiater dan tidak perlu lagi obat anti depresan. Untuk itu aku sangat mengucap syukur kepada Tuhan. Semoga ada manfaatnya buat rekan-2 undy yg lain. Kalau ada kata-2 yg kurang berkenan, saya mohon maaf yg sebesar-besarnya.
Salam jabat erat/Roy
Somehow True
2 years ago
0 comments:
Post a Comment