be curious with...

 



anas_tino wrote:


Hi semua,....
Berita ini aku ambil dari forum.
ini pengalaman buat kita semua. Dan, PERJUANGAN yang dilakukan oleh KORBAN-dlm hal ini TOYO-sangatlah luar biasa. SEMOGA INI MENJADI TITIK AWAL PERJUANGAN KITA SEMUA...!!!

BERIKUT KISAHNYA :
teman - teman saya baru saja mengalami hal yang berat sekali dalam hidup saya. Pada saat saya di banda aceh sekitar akhir bulan januari 07. saya dengan pasangan cowok saya mendapat perlakuan yang sangat mengerikan sekali dalam hidup saya.

Kamar pribadi saya didobrak oleh teman saya sendiri dan saya mendapat pemukulan dari massa. sampai sekitar 2 jam kemudian saya di bawah kekantor polsek di banda aceh. kemudian saya malah mendapat penyiksaan yang lebih berat lagi dengan cara pemukulan, penghinaan hanya karena saya gay serta pelecehan seksual.

Salah satu pelecehan yang saya terima adalah saya ditelanjngi dan kemudian pasangan saya dipaksa untuk mengoral penis saya. dan itu disaksikan oleh banyak polisi yang bertugas pada malam itu (sekitar pukul 1.00 dini hari).

Selain itu juga kepala saya dikencingi dan dimandikan pada malam itu juga. pada saat saya bilang bahwa saya gay, saya malah mendapat penyiksaan lebih berat. bagi saya hak pribadi saya dan kemanusiaan saya sudah diinjak - injak oleh kepolisian banda aceh.

Terlepas dari kasus saya sebagai gay, tetapi saya tetap tidak terima penyiksaan yang saya terima tersebut. karena negara kita adalah negara hukum yang punya aturan main dan tidak main hakim sendiri. apalagi itu dilakukan oleh aparat negara (dalam hal ini pihak kepolisian).

Sehingga sekarang saya untuk sementara pindah ke jakarta dan akan melakukan tuntutan kepada pihak kepolisian. Saya akan tuntut isu penyiksaannya bukan pada isu seksualitasnya.
sekarang saya dibantu oleh teman - teman YLBHI Jakarta, Arus Pelangi (LSM yang fokus untuk perjuangan GAY, lesbian, bisek dan waria) dan kapal perempuan jakarta. Selain itu juga teman - teman dari komnas ham dan lsm lainnya dijakarta, aceh, padang dan medan.

Terlepas dari itu semua, ternyata saya juga baru tahu bahwa sebenarnya saya melakukan ML itu tidak ada hukum yang saya langgar. karena hubungan gay di KUHP dan Qanun di aceh tidak diatur. Jadi secara hukum sebenarnya saya tidak bisa dijerat dengan pasal apapun.

Tapi sekarang teman - teman ada perda - perda didaerah spti palembang sudah mengkriminalkan gay , waria dan lesbian. Ini yang mesti kita perjuangkan. karena kita menjadi gay saja sudah dianggap pelacur dan sudah layak untuk di hukum dalam isi perda tersebut. walaupun dia (gay)itu seorang ulama misalnya. Ini kan mengerikan sekali, menjadi gay langsung dimasukan dalam kategori pelacur dan wajib ditangkap.

Kembali lagi ke persoalan saya tadi, saya cuma ingin mulai kita memikirkan strategy dan mulai mendiskusikan hak - hak kita sebagai gay. karena saya yakin bahwa kejadian yang saya terima bukan cuma saya saja tetapi teman - teman yang lain di forum ini pasti ada yang pernah mengalami itu. Atau mungkin teman - teman yang lainnya...

Jadi saya akan advokasi dan tuntut kepolisian tersebut. saya mohon dukungan teman - teman semua ya.. karena selain itu juga saya berjuangan, bahwa kita (gay) itu ada dan tidak bisa diingkari kenyataan tersebut. Persoalan kita setuju atau tidak saya pikir itu perlu didiskusikan
dan saling mendengar argumentasi masing - masing tentang dunia gay. Tapi maksud saya mari kita bergandengan tangan untuk menguatkan teman - teman gay. Mungkin saja banyak teman mengalami hal yang sama seperti saya tetapi teman - teman menutup diri dan menajdi persoalan pribadi saja. Mungkin saya lebih kuat dan berani untuk menuntut tapi gimana dengan
teman - teman kita yang lainnya??? Apah kita cuma diam dan cukup kasihan saja??? tanpa melakukan dan memberikan dukungan apapun??

Saya yakin akan berat dan takut kita semua kalau mau menuntut polisi karena gay misalnya. Kita semua akan takut malu dan klga nanti tahu semua dan dan banyak alasan sosial yang lainnya. tapi lagi kalau dihadapkan pada agama, ya kita pasti akan mundur secara cepat dan
mengatakan bahwa ini berdosa dan memang pantas mendapatkan penyiksaan dari massa dan pihak kepolisian. Ini kan Ironis sekali teman - teman....... ...

Tapi minimal kita sesama gay atau biseksual mulai empati dengan teman - teman kita yang mangalami kasus spti saya ini misalnya. saya akan maju kan kasus saya ini sebagai strategy advokasi bagi kita sebagai gay. bahwa kita manusia biasa juga yang sama dengan orang lain. yang membedakan hanya orientasi sex saja (hetero dan homo). jadi sekalian bisa memberikan gambaran bahwa kita ada dan sampai kapan pun kita ada. Apakah menjadi gay sebuah hal yang salah??? ini yang mesti kita diskusikan.. Dan saya sudah siap untuk maju dengan resiko yang berat yang akan saya hadapi (termasuk sanksi sosial). saya harus berani dan tidak boleh menyerah dan diam saja terhadap perlakuan diskriminasi yang selama kita (gay) terima.

Mungkin itu saja teman - teman, kalau mau diskusi lebih dalam bisa lewat email jam_gadang2003@ yahoo.com

cat ; saya butuh dukungan teman - teman tapi bukan menyalahkan ya...

salam

Toyo

Emanil_anil wrote:

Pak Toyo.

Kalo polisi itu menyuruh kita beroral kelamin dia menyaksikan adegan itu berarti dia dg sengaja menonton film gratis (menikmatinya) ? itu berarti dia juga bisa dituduh sbg pihak yg melakukan pelecehan, kalo mreka bukan anti tgd Gay ngapain mreka menonton adegan itu

malah dg sengaja menciptakan adegan seru yg ingin mreka lihat di mana penmandanag itu kan jarang ada? belum lagi tuduhan penyiksaan lainnya yg tak manusiawi.polisi tak berhak menghakimi kesalahan a moral. hukuman harus mlalui pengadilan trlebih dahulu. itupun kalo terbukti bersalah, dikenakan hukuman yg setimpal oleh jaksa di pengadilan sesuai dg UU yg berlaku. kesalahan a moral saratnya harus tertangkap tangan pd saat melalukan ML dan ada saksinya. dikelompokan kpd tindak asusila/perzinahan. Kalo dilakukan thd anak kecil/di ba-
wah umur dikenakan pasal uu ttg perlindungan anak.

Tapi kalo tidak sedang mlakukan ML. tidak tekena sanksi apa2 sebab tidak ada kejadian apa2. cuma sekedar di tuduh Sbg Gay, Yg menuduh malah bersalah, menuduh sembarangan tak ada ada kejadian apa2 berarti ia mempitnah (bisa dikenakan hukuman), apalagi mreka menyuruh anda beroral dg paksa ?

Penyiksan bukan hanya terjadi pada pak Toyo saja kpd yg lain juga bnyak, saya sendiri juga pernah dapet perlakuan itu cuma bukan oleh polisi dan bukan disuruh oral tp. siksaan pisik lainnya dan pemerasan. Ada kejadian serupa skitar belesan tahun yl konon kabarnya ybs. disuruh oral lebih keji lagi karna sebelum oral kelamin diolesin rheumason, bisa dibayangkan gimana rasanya tersiksa spt itu.

Nah pak Toyo lanjutkan berjuang saya dan mungkin teman2 sehati lainnya mendukung minimal secara moril dan kasih masukan. smoga berhasil, slamat berjuang...bung.

Andre winarta wrote:

Ini cukup membanggakan karena ternyata diberapa kota sudah berani melakukan perlawanan akan sesuatu yang sifatnya diskriminatif. Saya salut karena memang yang perlu diperjuangkan bukan permasalahan status kita sebagi "Gay" tetapi perlakuan hukum terhadap kita.

DiSemarang sendiri saat ini rekan-rekan juga sudah mulai mendapatkan perlakuan yang cukup mendiskriminasikan "Status" kita sebagai Gay, dari laporan lapangan menyebutkan rekan-rekan mulai dirazia (Hampir tiap malam) dan "dipalak" hingga 100rb rupiah. Saya sendiri masih terus melakukan pengumpulan data untuk memperkuat laporan.

Lebih Parah lagi, di Jogja. Teman-teman yang hendak melakukan VCT (Voluntary Consultingand Testing) HIV & AIDS sudah mengalami diskriminasi saat pengambilan darah -Hal ini sudah dilaporkan- an diSemarang, rekan-rekan yang hendak VCT juga dimintai dana dengan alasan sebagai 'pendaftaran' padahal sebagaimana kita ketahui bahwa sampai saat ii seharusny VCT bersifat GRATIS dan RAHASIA.

Yang jelas kita juga harus secara bersama-sama memperjuangkan 'Hak Sipil' Gay di Indonesia. Tidak harus diakui secara hukum (dalam hal hubunganya or pernikahanya) , minimal dalam konsep 'Hak Sipil' sebagai perjuangan jangka pendek.

Semoga ini bisa menjadi pelajaran berharga bagi hukum di Indonesia dan juga rekan-rekan Gay iseluruh Indonesi. Kita harus bisa memulai memberikan pelajaran sosial bagi masyarakat Indonesia

HEDONA Semarang



Loggerheads bercerita tentang anak adopsi, ibu kandung dan ibu angkatnya. Ada tiga kisah pada waktu dan tempat berbeda di jalin menjadi satu. Mark (Kip Pardue), seorang pemuda yang terobsesi pada kura-kura di Kure Beach, berkenalan dengan George (Michael Kelly), pemilik sebuah motel yang ramah.

Grace (Bonnie Hunt), seorang agent penyewaan mobil bandara, berhenti dari tempat kerjanya untuk mencari anak yang sejak kecil diserahkan untuk diadopsi keluarga lain.

Elizabeth (Tess Harper), seorang istri dari keluarga yang sangat konservatif melihat ada keanehan pada anak angkat mereka.

Tak mudah mengikuti alur cerita di awal film ini. Ketiga kisah saling terpisah dan muncul saling bergantian. Namun yang cukup menarik untuk di simak adalah "pertemanan" antara Mark dan George. Walau perkenalan antara keduanya awalnya berjalan wajar, namun keduanya seperti saling menunggu salah satu dari mereka akan membuka diri atas rasa yang muncul antara mereka. Mereka seperti saling bergumam "Aku cinta, kamu juga khan?" tanpa suara.

George tak mampu menyembunyikan kekagumannya pada Mark, sewajar apapun sikap George padanya, Mark tetap bisa merasakannya. Merekapun tak mudah membuka diri satu sama lain. Dan jangan berharap film ini seperti film-film lain yang sejenis. Sang sutradara cukup pintar membuat penonton berimajinasi dan berdebar-debar saat George menatap Mark lekat-lekat atau saat Mark melepas kaosnya di depan George. Tapi yang ditunggu-tunggu tak kunjung terjadi. Duh... teganya... hehehe

Lalu apa hubunganya antara Mark, George, Grace dan Elizabeth seperti di tulis di awal? Mmmmm... lebih asyik kalau nonton langsung yah... Soalnya saya hanya ingin menulis tentang Mark dan George. Hehehe.. Coba simak alur cerita dalam film ini, kita akan menemukan kisah yang tak biasa..

Oh ya, Loggerheads mendapatkan beberapa penghargaan loh. Antara lain sang sutradara (Tim Kirkman) mendapatkan Grand Jury Award dalam L.A. Outfest untuk kategori Outstanding American Narrative Feature. Tim juga menerima penghargaan yang sama dalam Nashville Film Festival. Selain itu dalam Sundance Film Festival, lagi-lagi Tim di nominasikan untuk kategori dramatic, walau tidak menang.

Nonton yuuukk!!!

gugun
gmovies multiply com


Sumber: http://arifkurniawan.wordpress.com/

Arif Kurniawan wrote:

Tahun baru 2005, saya kecelakaan. Jatuh ketika main game outbond ugal-ugalan dengan rekan kerja. Cukup parah. Kepala membentur beton, dari ketinggian 1-2 meter. Pingsan dan dibawa ambulan.

Di balik semua kisah, pasti ada hikmah. Katanya orang-orang yang percaya. Dan saya bukanlah tipe orang-orang itu… hehehe.

Dalam beberapa hari setelah ‘kejatuhan’, mahasiswa-mahasiswi saya datang berbondong-bondong membesuk ke rumah. Datangnya juga nggak kira-kira, man. Sekali datang bisa 20-30 orang. Banyak banget!

Sialnya lagi, hanya 2-3 orang yang bawa makanan atau buah-buahan. Selebihnya modal senyum dan say apakabar. Lebih sialnya lagi, the rest.., cuma numpang makan makanan besuk buat saya yang dibawa temannya. Walhasil, saya tetap lapar! Hehehe.

Hari ketujuh. Saya pikir sudah cukup kuat. Tangan saya membaik. Kelingking sudah bisa digerakkan. Saya pikir, hari kedelapan bisa minta tolong ke tunangan untuk diantar ke kampus dengan mobilnya. Hari itu, saya kedatangan tamu, salah seorang yang berniat membesuk saya. Ia, seorang pemuda berusia sekitar 22 tahun. Salah seorang mahasiswa yang saya ajar dalam kelas multimedia. Namanya.., ahh sebut saja Steve.

Steve datang sendiri. Tidak bersama teman-temannya. Aneh, biasanya anak ini ‘begaul abis’. Tidak lama setelah ngobrol ngalor-ngidul panjang lebar membicarakan software-software terbaru. Tiba-tiba ia menatap saya dengan mata yang sendu… Lalu berkata “Pak, saya Gay”.

Wah, saya speechless. Diam seribu bahasa. Tak dapat bicara. Di hati, hanya ada kata.

Setelah menarik nafas panjang. Saya lalu berkata,

“Steve, terimakasih. Saya amat tersanjung apabila kamu menyukai saya. Tapi saya sudah punya tunangan yang sebentar lagi akan menjadi istri saya”

Steve kaget, “Tapi pak, saya juga sudah punya pacar”

Gantian saya yang kaget, “Loh, kamu mau selingkuh sama saya?”

Steve kali ini benar-benar merengut, “Bapak kok geer amat sih. Saya nggak suka sama bapak. Saya cuma mau ngasih tahu, kalau saya gay”

Whalah.., kok jadi kacau gini?

Lalu dia menceritakan bahwa akhir-akhir ini, teman-teman di kampus menjauhi. Setelah beredar gosip, ia sering mampir di Gay Bar di Kuta Bali. Dalam kebingungan mengatasi masalah tersebut. Satu-satunya manusia Indonesia yang ia kenal dengan terang-terangan mengaku punya banyak teman gay, mengumumkannya dan tidak peduli dengan pendapat publik adalah… saya.

Dengan amat sangat, Steve memohon untuk membantunya mengatasi masalah ini. Saya mengangguk setuju. Kasihan si Steve. Masih muda sudah dikucilkan.

Hari kedelapan, saya memberi kuliah History of Digital Art. Sebagai bagian dari silabus mata kuliah, saya harus memberi tugas yang berhubungan dengan Digital Art Lover. Wah kebetulan nih, saya dengan santainya memberi tema tugas pada mahasiswa yaitu “digitalisasi cinta sejenis”. Hahaha…

Tugas itu dikumpul minggu berikutnya. Di jam kuliah yang sama. Dengan metode presentasi karya dalam bentuk digital. Dan 65 mahasiswa merespon balik dengan amat baik. Mereka merepresentasikan apa yang ada dalam benak mereka mengenai cinta sejenis. Karya yang dipresentasikan terdiri dari film animasi, poster, website, sampai kartu ucapan yang pinky banget. Umumnya, menampilkan HIV/AIDS. Simpel, artinya bagi kebanyakan mereka, kehidupan cinta sejenis identik dengan HIV. Namun, diantara mereka juga banyak yang menampilkan jargon “jangan pandang sebelah mata”. Artinya juga simpel, Gay/Lesbi juga manusia, hargai sebagaimana menghargai manusia.

Setelah itu ada diskusi, yang membuat saya terkaget-kaget. Bahwa bagi generasi muda Indonesia (ini general loh, mahasiswa saya berasal dari seluruh pulau-pulau besar di Indonesia) lebih permisif terhadap cinta sejenis. Bahkan umunya menganggap lesbianisme adalah hal yang sangat mengasikkan, alasannya “Pak, asik loh nonton pelem bokep yang isinya perempuan ama perempuan lagi maen”.

Whalah!

“Kenapa kamu nggak nonton yang laki-laki main sama laki-laki?”

“Amit-amit pak. Meskipun laki-laki itu masih keluarga sendiri, ngeliat dia telanjang saja saya nggak suka. Apalagi ngeliat orang lain!”

Hahaha… itu mah bukan homofobia. Saya ajah ogah, ngeliat laki-laki telanjang selain diri saya sendiri. Sama ogahnya seperti ngeliat perempuan manula telanjang.

Sejak saat itu, saya lihat Steve lebih sering berkumpul lagi dengan teman-temannya.

Empat bulan setelah saya resign sebagai pengajar, karena harus ke luar negeri. Steve mengirimkan email. Isinya…,

“Pak, saya terpaksa mundur dari sekolah. Alasannya simpel, dewan kampus tidak mau menerima saya apa adanya. Semua teman membela saya. Tapi tetap saja saya dan orangtua, dikirimi surat bahwa saya ‘diminta istirahat hingga waktu yang ditentukan dewan pembina’ oleh kampus. Lah, saya luntang-lantung. Tapi saya sadar, bahwa saya punya ilmu yang bisa saya amalkan untuk bekerja. Saat ini saya di Sydney, bekerja sebagai graphic designer. Diberhentikan dari kampus dan berjuang di luar adalah hal yang terbaik saat ini yang pernah saya dapati dalam hidup saya.
Namun, yang lebih baik dari semua itu adalah, saya bahagia, punya seorang guru, yang berkata, bahwa saya adalah manusia dan menjadi manusia adalah sebuah karunia.
Terimakasih pak.”


Sambil menangis, kesal sekaligus terharu…, saya menangkap makna simbolisnya.

Ternyata, dibalik semua kisah ada hikmah.

Blog Widget by LinkWithin
10% Off All Fragrances
Get 10% off every item you purchase at FragranceX.com!